Garuda Media News

Media Informasi dan Edukasi Masyarakat

KESEHATAN LIFESTYLE

Melalui Virtual Media Briefing, Klinik Pramudia Berikan Tips Merawat Kesehatan Kulit yang Tepat

Berbagi Informasi

Jakarta – Klinik Pramudia selenggarakan Virtual Media Briefing, yang Bertemakan “Jangan sampai Pruritus dan Kulit Kering menurunkan kualitas hidup usia lanjut” (03/11/2022). Permasalahan Pruritus (kulit gatal) dan Xerosis (kulit kering) yang kerap terjadi pada usia lanjut / lansia, jika tidak ditangani dengan tepat, akan menurunkan kualitas hidup mereka. Pruritus dan xerosis pada lansia memang sering diabaikan karena dianggap sebagai hal wajar sehingga tidak perlu berkonsultasi dengan dokter. Padahal, pruritus dan kulit kering bisa menjadi awal penyakit yang lebih berbahaya, atau bahkan menjadi tanda bahwa seseorang memiliki penyakit tertentu.

Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO Klinik Pramudia dalam sambutannya mengatakan, “Sebagai Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin yang terpercaya, Klinik Pramudia selalu berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi seluruh pasien terutama pasien lansia. Karena kami sadar bahwa pasien lansia membutuhkan pelayanan kesehatan ekstra yang berbeda dari aspek medis dan non medis dibandingkan pasien pada umumnya. Secara medis, keluhan kulit gatal dan kering pada pasien lansia tidak sesederhana seperti hanya diobati keluhannya saja, tetapi jauh lebih penting bagi kami untuk mencari sumber penyakit yang mendasarinya.”

“Kami peduli bahwa keluhan gatal dan kering pada kulit pasien lansia dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup mereka. Maka jangan anggap remeh bila orang tua / kerabat yang sudah menuju lansia memiliki keluhan kulit gatal dan kulit kering. Perlu ada diagnosis serta tatalaksana yang tepat dan benar dari dokter spesialis kulit dan kelamin. Menjadi sebuah kebanggaan bagi Klinik Pramudia jika kami bisa memperbaiki kualitas hidup para lansia, khususnya lewat tatalaksana bagi pruritus dan xerosis” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV, Spesialis Dermatologi dan Venereologi Klinik Pramudia menyatakan, “Xerosis (kulit kering) dapat terjadi pada wanita maupun pria, dan lansia memiliki risiko yang lebih tinggi. Kulit kering merupakan suatu keadaan dimana lapisan terluar kulit yang kurang lembab akibat penurunan kandungan air dan kandungan lemak di kulit. Kulit kering ini memiliki tekstur kulit yang kasar, bersisik, pecah-pecah, dan dapat disertai dengan keluhan gatal.”

Ia menambahkan, prevalensi kulit kering di seluruh dunia sekitar 29-85%. Pada sebuah penelitian di salah satu fasilitas kesehatan di Perancis, didapatkan bahwa sekitar 56% pasien berusia >65 tahun mengalami xerosis dan sekitar 9% menderita xerosis derajat sedang-berat. Insiden dan keparahan kulit kering meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Penelitian oleh Selma didapatkan bahwa xerosis ini lebih banyak ditemukan pada wanita (59%) dengan usia rata-rata 70 tahun.

“Pasien lansia dengan keluhan kulit kering memang belum dapat sembuh total dengan cepat dan akan bertahan dalam waktu lama, karena memang banyak faktor yang berpengaruh baik faktor genetik, internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya lapisan lemak yang berkurang pada kulit lansia, dan penyakit penyerta lain seperti diabetes mellitus, gagal ginjal, penyakit hati, keganasan, infeksi, dan riwayat konsumsi obat-obatan tertentu. Faktor eksternal dari pengaruh lingkungan dan gaya hidup juga sangat berperan dalam timbulnya kulit kering, seperti stres, paparan sinar matahari yang lama, penggunaan air conditioner, perubahan musim dan kelembapan, kebiasaan mandi yang lama, penggunaan sabun yang bersifat iritatif, asupan cairan yang kurang,” tutur dr. Amel.

Ia kembali menambahkan, bahwa banyak masyarakat awam yang menyepelekan kulit kering dan menganggapnya hanya perlu dioleskan pelembab saja. Padahal, pemilihan obat oles yang tidak tepat pun bisa menimbulkan iritasi. Perlu ada diagnosis yang lebih jelas dari dokter spesialis kulit dan kelamin untuk mengetahui tatalaksana yang paling tepat untuk menyembuhkan kulit kering.

“Tatalaksana kulit kering dibagi jadi dua yaitu medikamentosa dan non-medikamentosa. Secara medikamentosa, dokter bisa memberikan obat minum untuk mengurangi gatal dan peradangan yang timbul, antibiotik bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi, dan obat oles untuk membantu mengatasi kekeringan pada kulit. Dokter pun akan merujuk ke spesialis tertentu jika memiliki penyakit penyerta. Penatalaksanaan secara non-medikamentosa juga tidak kalah pentingnya, diantaranya dengan memastikan asupan cairan yang cukup, mandi jangan terlalu lama dan terlalu sering, dengan air hangat suam kuku dan sabun yang lembut,” jelasnya.

Kulit yang sangat kering dapat menyebabkan retakan/pecahan yang dalam, yang dapat terbuka dan berdarah, memberikan jalan bagi bakteri untuk masuk dan menyerang tubuh. Selain itu, tambahnya, kulit kering ini juga merupakan penyebab utama terjadinya kulit gatal (pruritus). Maka, penggunaan obat-obatan yang dijual bebas malah berpotensi membuat keluhan semakin parah dan berisiko menimbulkan infeksi akibat keinginan untuk menggaruk.

Yustin Sumito, Sp.KK, Spesialis Kulit dan Kelamin Klinik Pramudia menjelaskan, “Pruritus kerap dialami lansia. Dalam bahasa awam lebih dikenal dengan istilah “gatal” yang didefinisikan sebagai sensasi tidak menyenangkan pada kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Secara umum, pruritus sebenarnya bisa dikatakan sebagai gejala dari berbagai penyakit kulit tertentu, dan tidak semuanya menular, tergantung dari penyakit yang mendasari. Pruritus yang menular adalah pruritus yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Tingkat kesembuhan pasien pruritus sendiri juga bergantung pada penyakit yang mendasari, yang penting harus benar dalam pemilihan tatalaksana untuk pruritus.”

Ia menambahkan, di Indonesia sendiri, lansia didefinisikan sebagai penduduk berusia 60 tahun ke atas, di mana populasinya diketahui sebesar 10.82% pada tahun 2021, dan diperkirakan akan terus meningkat (2%-3% per 5 tahun). Salah satu faktor risiko Pruritus adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas.

Dengan semakin besarnya populasi lansia di Indonesia, tentu risiko Pruritus pun semakin besar. Contohnya di Amerika Serikat, sebuah studi menunjukkan lebih dari 7 juta pasien rawat jalan melaporkan gejala pruritus setiap tahunnya; dimana 1.8 juta (25%) di antaranya merupakan pasien-pasien yang berusia 65 tahun ke atas.

“Pada kasus lansia, ada 3 proses utama terkait penuaan yang berhubungan dengan terjadinya pruritus. Pertama, hilangnya fungsi barrier (pelindung atau pembatas) kulit yang menyebabkan turunnya fungsi repair pada kulit. Kedua, immunosenescence atau penurunan kerja sistem imun atau sistem perlindungan tubuh. Ketiga, neuropati atau abnormalitas sistem saraf, dimana pruritus cenderung lebih sering mengalami kekambuhan,” jelas dr. Yustin.

Oleh sebab itu, diagnosis dan tatalaksana yang tepat sangat dibutuhkan untuk lansia yang mengalami pruritus. Deteksi dini pruritus dilakukan melalui anamnesis (menanyakan riwayat pasien), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang secara menyeluruh. Derajat keparahan gatal ada pada skala 1-10. Bila derajat keparahan di atas 6, gatal dirasakan hingga pasien terbangun dari tidur, maka sudah terjadi gangguan kualitas hidup secara bermakna, sehingga tatalaksana agresif dibutuhkan.

“Tatalaksana pertama yang dilakukan tentu dengan menjaga kelembaban kulit. Misalnya dengan metode soak-and-smear (rendam kulit selama 10-20 menit di dalam air) dan metode wet wraps (perban atau kain basah yang dibalut dengan krim tertentu). Namun perlu diingat bahwa pengobatan pruritus dan xerosis yang benar dan tuntas tidak sesederhana memakai krim pelembab. Oleh sebab itu jika masih belum sembuh dan berlanjut dalam waktu yang terlalu lama, maka pengobatan dari dokter SpKK tentu diperlukan,” tambah dr. Yustin.

“Memang mengobati pruritus, dan juga kulit kering, menjadi tantangan tersendiri di meja praktik. Hal ini karena dokter harus mampu menemukan penyebab yang mendasari dan mengobati pruritus berdasarkan penyebabnya tersebut. Belum lagi, saat ini awareness masyarakat untuk memeriksakan kondisi ini ke dokter masih rendah dan cenderung menyepelekan. Namun, kami selalu berupaya memberikan pelayanan terbaik sehingga bisa menjadi bagian untuk mengatasi permasalahan pruritus dan kulit kering bagi para lansia,” tutupnya.

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *