Jelang Tahap I Migrasi ke TV Digital : Banyak Warga yang Belum Paham Kebijakan tersebut
Migrasi siaran TV analog ke TV digital atau Analog Switch Off (ASO) dipastikan menyeluruh di Indonesia tahun ini. Namun, sejumlah warga mengaku tak banyak mendapat informasi terkait program tersebut.
Iklan di televesi dengan pesan “Banyak programnya, jernih suaranya, bersih gambarnya dan canggih teknologinya. Ayo beralih ke TV digital” sepertinya belum diserap banyak masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar di Indonesia.
Rudi Hariyadi (48), wirausahawan di Desa Cikarageman, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mengaku hanya mendapat informasi sekilas soal TV digital lewat iklan tersebut.
Walaupun ia tinggal tak jauh dari hiruk-pikuk ibu kota, Rudi tak banyak mendapat informasi ihwal suntik mati siaran TV analog.
“Cuma dengar di iklannya si Agnes Monica, belum paham TV digital gimana, dan caranya kaya apa,” ujar Rudi.
Dia mengatakan siaran digital ini hanya bisa dioperasikan di TV tabung miliknya dengan perangkat Set Top Box (STB). Namun, ia juga tak paham bagaimana teknis pemakaiannya, apalagi berminat membeli alat STB.
Ia mengatakan saat ini siaran TV analog di rumahnya masih terbilang bagus, sehingga belum ada kebutuhan untuk membeli perangkat tambahan. Padahal sebentar lagi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bakal menggulirkan ASO paling lambat 2 November 2022.
Rudi berharap ada petugas yang datang ke rumahnya dengan konsep door to door untuk mengedukasi terkait peralihan siaran TV digital, karena informasi yang ia dapat masih simpang siur.
Ia mengaku sangat sering menonton TV setiap harinya, untuk sekadar menonton hiburan, olahraga hingga berita. Namun, jika nanti siaran TV analog seketika berhenti tanpa ia tahu kalau semua dialihkan ke TV digital maka merupakan kerugian bagi dirinya.
“Biasa kan tiap hari nonton TV, sayang aja kalau iya bakal dipindah ke TV digital tapi infonya masih belum sampe itu kapan berlakunya,” tuturnya.
Dihubungi terpisah, Adin Surya (27) seorang karyawan swasta asal Yogyakarta mengaku hanya pernah mendengar sekilas soal peralihan TV analog ke digital di sosial media.
Tetapi saat ditanya kapan waktu peralihan itu berlangsung di tempat tinggalnya, ia ragu.
“Seingat saya Juli atau Agustus gitu ya di sini. Kurang ngikutin juga infonya,” ujar Adin.
Meski demikian ia mengaku di rumahnya sudah memiliki perangkat TV yang sudah bisa menangkap siaran TV digital, sehingga tak begitu khawatir kehilangan siaran TV.
Adin menjelaskan sehari-harinya ia dan keluarga menonton layanan TV digital di rumah, tanpa harus membeli STB.
Menurut Adin, siaran TV digital memang memiliki kualitas gambar yang bagus, lebih jernih, dan memiliki kualitas suara yang bagus.
“Di rumah udah full digital udah lebih bening gambarnya dari TV. Tapi suara kadang tiba-tiba ilang walaupn gambarnya tetap ada dan balik lagi sih cuman,”tuturnya.
Di lingkungan kerja dan rumahnya, sejumlah warga Yogya disebut Adin tak banyak membahas soal siaran TV digital, lantaran beberapa orang sudah jarang menonton TV.
Di samping itu, Rully Deswantono (53) warga asal Kota Cimahi, Jawa Barat mengaku tak tahu-menahu ihwal kapan bergulirnya ASO.
Informasi yang ia dapatkan dari iklan layanan masyarakat di TV swasta, pemerintah memang membuat program tersebut dan bergulir dalam waktu dekat.
“Engga tahu berlakunya, tapi sekarang udh serentak dianjurkan. Tapi untuk kapan dimatikan belum tahu kabarnya. Tahunya dari berita program pemerintah untuk masyarakat beralih ke tv digital karena salurannya lebih jelas, gambarnya lebih terang,” tuturnya.
Rully mengaku TV di rumahnya sudah LED, namun belum bisa menerima siaran TV digital.
Rully mengetahui TV miliknya bisa menerima siaran digital dengan membeli perangkat tambahan yaitu STB. Namun, ia mengaku tak berminat beli karena harganya terbilang mahal.
“Sudah sempat cari tahu di Google, harganya Rp200ribu an. Lumayan mahal, kalo pemerintah ngasih sih boleh,” ujarnya sambil tertawa.
Lebih lanjut Rully menjelaskan jika hendak membeli STB bisa datang langsung ke toko elektronik di dekat rumahnya, dengan harga yang bersaing.
Dia mengaku nantinya akan membeli STB jika benar-benar TV analog sudah disuntik mati. Ia mengaku harus mencari tahu cara pemasangan hingga penggunaannya sebelum membeli. Dengan demikian, Rully berpikir hanya akan membeli STB di toko elektronik agar bisa sekaligus mengetahui pengaplikasiannya.
“Mendiangan belinya di toko di elektronik, karena bisa langsung bisa dipraktekan cara pakainya, jaminannya lah lebih jelas lebih gamblang,” tuturnya.
Implementasi TV analog ke TV digital di Indonesia diduga bakal memakan waktu lama. Hal itu lantaran banyak wilayah terpencil di Indonesia yang belum teredukasi soal ASO.
“Apalagi beli STB atau TV yang sudah digital, belum tentu peduli. Kan banyak juga warga yang sudah sepuh ada yang enggak ngerti STB pasti,” tuturnya.
Jika tidak meleset, pemerintah sudah menyusun jadwal migrasi TV analog ke TV digital, dalam 3 tahap.
Tahap I paling lambat 30 April 2022, tahap 2 paling lambat 25 Agustus 2022, tahap 3 paling lambat 2 November 2022.
Tahap I pada 30 April 2022 meliputi 56 wilayah di 166 kabupaten dan kota.
Tahap II 25 Agustus 2022 di 31 wilayah mencakup 110 kabupaten dan kota.
Tahap II pada2 November 2022 di 25 wilayah mencakup 63 kabupaten dan kota.