Lebaran Idul Fitri sesungguhnya adalah momen kemenangan batin setelah berpuasa sebulan penuh. Kemenangan sejatinya bertempat di hati, bukan di permukaan ekspresi sosial.
Waktu adalah persepsi psikologi yang di dalamnya ada peristiwa, tempat, dan kondisi (kata orang bijak). Begitu cepat pergi dan berlalu Ramadhan, ditutup dengan ‘serimoni’ perpisahan, shalat ‘Idul Fitri. Gegap gempita perayaan kemenangan bagi umat Islam atas capaian dalam universitas Ramadhan. Kerinduan dan kenangan mendalam yang dititipkan Ramadhan, menggugah penantian panjang dalam pendakian maqam spiritual. Kini berlalu dan tidak kembali lagi, “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” (QS. Al-Mu’minun: 114).
Alam memberi pelajaran berharga pada siklus metamorphosis binatang, seperti Kupu-kupu. Kupu-kupu berasal dari ulat yang mengalami metamorphosis sempurna atau tahap berbeda sebelum jadi dewasa. Umur kupu-kupu berkisar antara 3-4 minggu. Prosesnya adalah: (1) telur menempel pada daun inang lamanya 2-7 hari, (2) ulat (larva) berumur 14-20 hari dengan berganti kulit 4-5 kali, pada umur itu mengkonsumsi daun setara luasan 20 x 30 cm. (3) kepompong (chrysalis/pupa) berpuasa dan beristirahat selama 14-16 hari, butuh waktu 1-2 jam untuk mengeringan sayap sebelum siang terbang untuk pertama kalinya. (4) kupu-kupu dewasa (imago) berumur 14-24 hari, dimana sekitar 7% hidup imago digunakan untuk kopulasi (Kompasiana.com, 18 Juni 2018). Kupu-kupu berawal dari ulat yang menyeramkan, menjijikkan, gatal jika disentuh, membuat mati tanaman. Melalui metamorphosis, ulat berubah jadi binatang yang indah dipandang, dan memesona motif dan cantik kibaran sayapnya. Ulat seakan mengikuti proses Ramadhan dan melahirkan bentuk baru yang indah dan mengesankan, sebuah ekspektasi dalam perayaan Idul Fitri.
Analogi diatas tentu menjadi satu refleksi besar untuk kita semua untuk memaknai ramadhan sebagai universitas spiritiual dan idul fitri menjadi awal fitrah untuk kembali lagi memulai menjaga kesucian integritas.
Integritas berasal dari kata integer yang berarti bilangan bulat atau entitas yang lengkap, jadi seorang manusia harusnya memiliki sifat integritas atau kejujuran,
Integritas menjadi kunci dalam kehidupan, karena manusia yang tidak memiliki integritas hidupnya akan sengsara.
Korelalasi keduanya antara fitrah dan integritas, Manusia dalam islam disebut sebagai Insan yang berarti unsur keintiman dengan Tuhan. Di sisi lain, insan juga berarti lupa, oleh karena itu tidak ada manusia yang 100% sempurna dan bersih dari dosa. Tetapi paling tidak, orang yg memiliki integritas di mata Tuhan ialah mereka yang berusaha untuk melaksanakan apa yang dikatakan.
Jika didalam perjalan fitrah dibarengi dengan integritas maka bisa dipastikan kefitrahan yang kita lampaui dari waktu kewaktu akan memunculkan energi positif dalam menjalankan aspek apa saja dan bisa melahirkan sifat-sifat profektif, seperti shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah. Sifat-sifat itu sangat diperlukan untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan maju, karena hakikatnya kita sebagai manusia membutuhkan ketentraman hati dan fikiran. Lebih daripada itu, puasa dan Idul Fitri seharusnya berhasil melahirkan suasana batin yang pandai bersyukur, ikhlas, tawakkal dan istiqamah.
—————————————-
*Kontributor : BEM PTNU