Pro-Kontra Soal Insiden Pengusiran Mahasiswa yang Ngaku Non-Biner Di Universitas Hasanudin
Video viral mahasiswa di Unhas pilih gender netral dan ditegur oleh dosen jadi perbincangan netizen. Tentu saja ada yang pro dan kontra.
Dalam video yang viral tersebut, seorang dosen menegur mahasiswa yang bernama Nabil karena saat ditanya soal gendernya ia mengaku bukan laki-laki maupun perempuan. Ketika itu, ia sedang mengikuti Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PPKMB) Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin (Unhas). Dengan kata lain, Nabil memilih untuk menjadi non-binary (non biner).
Pro kontra netizen pun berdatangan dengan adanya kasus tersebut.
“Apa susahnya ngaku sebagai laki-laki aja?” Yang perlu dipermasalahkan di kasus ini bukan tindakan mahasiswa ybs soal out sebagai nonbiner, tapi dosen & WD3 yang melihat bahwa identitas & ekspresi gender mahasiswa bisa dibahas & didiskriminasi di kampus sebagai ruang publik,” ujar @agni**mbar*.
“Intinya sudah ditetapkan kalau di Indonesia itu Culture beradab bukan Culture semau2 gue, i know y’all social activist are mad, but this is Indonesia.. not US or not UK, anda mau LGBT mau Pronouns apa mau Gender apa, ikutin yg ada disini, anda mau aman ya jadi closeted people,” seru @an**v*_7.
“speechless. mas nya gatau tempat ngomongnya dimana:( don’t be afraid for being who you are, but you have to know how to fit in like a mirrorball. i know gender and sex is a different thing tapi orang tua yang mostly (maaf) konservatif juga pasti kebingungan sama statement ini,” @**cz*ly menambahkan.
“padahal beberapa ptn dan pts udah punya aturan larangan diskriminasi gender dan seksualitas wkwk,” @j*ule**at berkomentar.
Dengan keributan yang ada, Rektor Unhas Jamaluddin Jompa sebenarnya sudah menelurkan permintaan maaf.
“Bahwa ini Unhas inklusif, iya. Bahwa ini Unhas terbuka untuk semua, iya. Tapi tentu, kita juga ya, terbuka peluang untuk ada hal-hal sedikit selip, kita perbaiki, kita minta maaf kalau perlu,” kata Jamaluddin kepada wartawan, Sabtu (20/8/2022).
Menurut Fahmi Hakam Pengamat Pendidikan dan juga Seorang Akademisi, “Pengertian Gender dan Jenis Kelamin memang beda.., Tapi Diskursus tentang Gender cukup sensitif.., Kita harus melihat perspektif gender dlm berbagai konteks : agama, budaya bangsa, hukum yg berlaku, teori gender (Non-Binary, Fluid, dll) yg saat ini jg menjadi pro dan Kontra di berbagai negara, kaitannya dengan Gangguan Orientasi seksual, serta latar belakang munculnya teori ini”, Ungkapnya
“Melihat pro-kontra, yang mempermasalahkan sikap Dosen dan Respon Mahasiswa tersebut. Menurut saya, memang kampus perlu memberikan edukasi yang lebih bijak kepada mahasiswa jika dianggap bersalah atau berperilaku kurang tepat, kemudian mahasiswa juga harus berperilaku sopan serta instropeksi diri”. Pungkasnya.
Namun ternyata tak sampai disitu, mahasiswa tersebut ternyata turut memberikan sindiran dan menjelek-jelekan sang Wadek III lewat status WhatsAppnya yang tersebar di sosial media.
Dalam berbagai story yang diunggah oleh mahasiswa tersebut, bukannya sedih karena dikeluarkan, sang mahasiswa malah sempat melakukan selfie usai dirinya dikeluarkan dari ruangan dan tampak melontarkan berbagai kata kasar.
“Abis dikeluarkan Wd3 ya guys. Bacotnya ini kodok Zuma. Rasis banget anjir mending langsung ke materi gue males basa-basi. Flopnya ini Wd3 as*, OOT (Out Of Topic/ pembahasan keluar dari topik) sekali,” ucap sang mahasiswa lewat beberapa status yang ia buat.
Akibat viralnya video tersebut, banyak netizen yang kemudian saling adu pendapat lewat kolom komentar. Terlihat beberpa memberikan pembelaan namun tak sedikit yang menyayangkan sikap kedua belah pihak.
“Tau sih pasti kecewa, tapi baiknya intropeksi diri dan sikap lah sebagai mahasiswa, bakal jadi panutan orang banyak loh apa gak mikir. Apa mungkin masnya punya mental health issue jdi melabeli dirinya demikian,” ujar @its****
“Jangan sekolah di indo lah. Bikin ribet diri sendiri + orang lain. Sebagai warga negara yang bisa akses pendidikan, punya biaya sampe universitas. harusnyakan tau aturan di negara sini. gak usalah sok beda. Kalo mau beda di hargai sekolah ke amerika sana,” tambah @jal****
“Menurutku itu hak dia mau menyatakan diri seperti apa, pertanyaan itu sih sebenernya justru kenapa bisa keluar dimomen genting seperti itu, pasti si mahasiswa merasa tersudutkan, apalagi dengan tipikal bapak-bapak yang bertanya dengan seperti itu, pasti orang gak akan nyaman sebenernya,” ketik @ais****