Rusia-Ukraina Gencatan Senjata di Mariupol, Bantuan Mulai Bisa Bergerak
Mariupol – Rusia dan Ukraina telah sepakat gencatan senjata dan membuka koridor evakuasi di Kota Mariupol, Ukraina, Kamis (31/3), bantuan kemanusiaan mulai bergerak ke kota itu.
Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, menginformasikan bahwa Rusia siap membuka koridor kemanusiaan dari Kota Mariupol hingga Kota Berdiansk. Kabar ini ia dapatkan dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC).
“Dari rute ke Mariupol, kami mengirimkan 45 bus,” kata Vereshchuk dalam pernyataan Telegram.
“Total 28 bus telah mendapatkan izin melewati pos pemeriksaan Rusia di Vasylivka. Tak hanya itu, 17 bus telah pergi dari Zaporizhzhia. Kami akan melakukan semua hal yang bisa dilakukan untuk menjaga semua bus itu tiba di Mariupol hari ini dan mengangkut orang-orang yang tak bisa meninggalkan kota itu,” lanjutnya.
“Militer kami telah mengonfirmasi dan menjamin gencatan senjata penuh. Jadi mulai pukul 09.00 pagi, kami memulai proses evakuasi.”
Sementara itu, pihak ICRC mengatakan konvoi mereka sedang menuju Mariupol. Namun, ia mendesak pihak Ukraina dan Rusia untuk menyepakati persyaratan khusus demi keselamatan pengungsi.
“Untuk alasan logistik dan keamanan, kami akan siap memimpin operasi perjalanan aman besok, Jumat (1/4), memastikan kedua pihak menyetujui persyaratan khusus, termasuk rute, waktu dimulai, dan durasi,” kata juru bicara ICRC, Ewan Watson, sebagaimana dilansir Reuters.
“Sangat-sangat penting operasi ini dilakukan. Hidup puluhan ribu orang di Mariupol bergantung pada ini,” paparnya lagi.
Sebelumnya, beberapa pejabat Ukraina menuturkan sekitar 90 persen bangunan di Mariupol hancur ataupun ditinggalkan sejak Rusia membombardir kota itu.
Tak hanya itu, Wali Kota Mariupol sempat mengatakan ada 170 ribu penduduk yang terjebak di wilayah itu tanpa listrik, pun kekurangan suplai air dan pangan. Padahal sebelum diserang Rusia, kota ini memiliki populasi lebih dari 400 ribu orang.
Tak hanya itu, pengadaan jalur kemanusiaan di Mariupol berkali-kali direncanakan. Namun, penerapannya seringkali gagal karena pasukan Rusia dituduh kerap menyerang jalur tersebut.
Pihak Rusia membantah mereka menargetkan warga sipil dalam serangannya di Ukraina.