Anak merupakan anugerah yang Tuhan berikan pada setiap orang tua. Anak adalah Amanah yang harus kita jaga dan dididik sesuai dengan ketentuan agama yang kita anut.
Pernahkah kita terpikir bahwa anak adalah selembar kertas kosong ? Dan orang tua lah yang bebas mengisi apapun di lembar itu.
Pernahkah kita berfikir bahwa anak bagaikan plastisin, yang mudah saja kita bentuk sesuka hati kita ?
Jika memng itu yang ada dalam benak ibu, cobalah untuk merenungkan kembali tetang hakikat anak.
Dalam ukuran, mungkin dia kecil dan lemah, dari segi pengalaman, mungkin ia hijau dan naif, namun sebagai seorang pribadi yang berjiwa, seorang anak tidak ada beda dengan kita orang dewasa.
Memandang anak sebagai seorang pribadi berarti melihatnya sebagai sesuatu yang tidak terulang lagi, tidak ada duplikatnya. Oleh karena itu, setiap anak pasti memiliki sesuatu yang unik.
Sukakah jika kita mempunyai pendapat, tapi tidak didengarkan ? Sukakah kita jika semua langkah kita diatur oleh orang lain ? Sukakah kita jika dikatai bodoh atau nakal ? Sukakah kita saat orang yang kita cintai mengacuhkan kita saat kita membutuhkannya ?
Jika kita memahami anak sebagai seorang pribadi yang mampu berfikir, mempunyai perasaan, ingin dicintai, ingin bebas dari ketakutan, mandiri dalam memilih, semua sama seperti kita orang dewasa. Pastilah kita tidak akan berfikir bahwa anak adalah kertas kosong yang bebas orang tua isi, ataupun plastisin yang bebas orang tua untuk bentuk sesuka hati.
Cara pandang orang tua terhadap hakikat anak mungkin dianggap hal sepele, tapi hal ini memberikan dampak yang sangat besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan memandang anak sebagi seorang pribadi, orang tua akan lebih mengetahui batasan sebagai orang tua, tidak berlaku sewenang-wenang terhadap anak.
Namun sayangnya, banyak orang tua yang lupa bahwa anak adalah seorang pribadi yang sama halnya dengan orang dewasa. Banyak orng tua yang sewenang-wenang memperlakukan anak bahkan menghukum anak, supaya anaknya menjadi anak yang manis dan penurut.
Anak memang bergantung pada orang tua, orang tua berperan memantik pikiranya, namun anak memang terlahir dengan kecenderungan kecenderungan tertentu, anak diciptakan tidak 100% baik dan 100% buruk.
Anak hanya mempunyai potensi menjadi baik atau buruk. Tugas kita sebagai orang tua adalah memupuk kebiasaan baiknya dan menyiangi kebiasaan buruk supaya kebiasaan kebiasaan buruk itu lambat laun akan hilang dan berubah menjadi kebiasaan baik.
Tidak ada orang tua yang sempurna, yang ada adalah orang tua yang terus belajar, bertumbuh bersama anak, dan menjadi teman perjalanannya.
*Kontributor : Intan Fitri Nur Baiti, S.Fis.