Fahri Hamzah : Generasi Al Fatih di Indonesia, Bisa Ciiptakan Gelombang Baru untuk Kemajuan Islam
JAKARTA – Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah menyayangkan sikap pihak tertentu yang membuat kategorisasi mengenai peran anak muda dalam politik.
Ada upaya melarang anak muda untuk memimpin dan berperan dalam memajukan bangsa, dan terus melanggengkan kekuasaan para generasi tua di politik.
“Sekarang ini ada kategorisasi, bahwa seolah-olah usia anak muda kita ini belum boleh berperan atau atau kalau boleh berperan, berperannya boleh terlalu maksimal,” kata Fahri Hamzah saat memberikan Orasi Keumatan di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Islah, Bondowoso, Jawa Timur, Sabtu (5/8/2023) malam.
Padahal dalam sejarah Islam, menurut Fahri, anak muda atau pemuda menjadi pemimpin seperti Muhammad Al Fatih, Sultan Turki Ottoman yang berkuasa selama dua periode, yakni sejak Agustus 1444-September 1446, dan Februari 1451-Mei 1481.
Al Fatih dikenal sebagai penakluk Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki), yang sekaligus mengakhiri riwayat imperium Kekaisaran Romawi Timur.
“Dia diangkat Sultan umur 19 tahun, pada umur 21 tahun memimpin penaklukan Konstatinopel dan mengubah namanya menjadi Istambul. Al Fatih bisa menaklukan sebuah imperium besar, artinya anak muda bisa membuat penaklukan besar,” katanya.
Karena itu, Fahri mengapresiasi kehadiran ribuan anak-anak muda yang tergabung dalam Majelis Bershalawat Al Fatih dalam Orasi Keumatan yang disampaikannya di Ponpes Al Islah Bondowoso ini.
“Malam ini, berkumpul banyak anak-anak muda putra dan putri bersemangat dan bershalawat, serta bergelora. Kalau Al Fatih umur 21 tahun menaklukkan Konstatinopel, maka anak-anak muda di sini juga akan punya penaklukkan baru,” ujar Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini.
Fahri lantas mengungkapkan, mengenai peran pemuda hebat yang disebutkan di dalam Al Qur’an seperti Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS, serta Rasulullah, Nabi Muhammad SAW.
“Pemuda Ibrahim dikenal sebagai pemuda yang pandai beragumen atau hujjah. Dia berani berdebat dengan Raja Namrud, setelah menghancurkan patung atau berhala-hala,” katanya.
Sedangkan pemuda Ismail dikenal karena ketaatan setelah ada perintah dari Allah SWT untuk menyembeli dirinya dirinya. Karena ketaatan Ismail ini, pengorbanan dirinya saat ini diperingati sebagai Hari Raya Idul Adha, turunnya perintah berhaji dan berkurban.
“Sementara dari garis keturunannya, Rasulullah, Nabi Muhammad SAW telah merekonstruksi sejarah masa lalu dan memproyeksikan sejarah umat dan bangsanya ke depan,” katanya.
Kemudian selama 23 tahun Rasulullah SAW menyusun kekuatan dan akhirnya mendirikan Negara Madinah, serta menaklukan seluruh jazirah Arab dan daerah lain di dunia.,” katanya.
“Rasulullah berhasil merekonstruksi pembangunan peradaban Islam sampai hari ini. Islam menjadi agama paling besar nomor dunia di dunia. Sehingga tidak akan muncul hari kiamat dalam waktu dekat, karena Islam menjadi rahmatan lil alamin,” katanya.
Fahri berharap para generasi Al Fatih di Indonesia bisa menaklukkan jiwa masyarakat Indonesia dan umat manusia dengan menciptakan gelombang baru untuk kemajuan Islam.
Ia menilai maraknya LGBT saat ini, akibat kegalauan jiwa akan identitasnya. Padahal dirinya sudah jelas laki-laki atau perempuan sesuai kondratnya. Semua manusia sekarang murung, serta mengalami kegalauan yang luar biasa.
“Saya ingin gerenasi Al Fatih ini bisa menaklukkan hati dan jiwa manusia dengan mengajak bershalawat kepada Rasulullah SAW. Mari kita galakkan shalawat untuk menaklukkan jiwa yang sombong, angkara murka, menghancurkan kezaliman dan menghilangkan kemunafikan,” katanya.
Fahri meminta tradisi bershalawat harus digalakkan di seluruh Indonesia agar seluruh masyarakat Indonesia memiliki jiwa dan kecintaan terhadap Islam.
Sehingga Indonesia memiliki generasi rabbani (memiliki pengetahuan Al Qur’an dan Hadist) yang bisa menyongsong kebangkitan Islam di masa akan datang.
“Tradisi bershalawat ini harus merata di seluruh tanah Jawa dan seluruh Indonesia. Kita nanti bikin Majelis Bershalawat di New York dan Washington DC agar pesan dan cinta mengenai ajaran Islam bisa sampai kepada mereka semuanya,” tegas Fahri.
Konsolidasi Kader
Sebelum memberikan Orasi Keumatan, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah terlebih dahulu menggelar konsolidasi kader di Ponpes Al Islah, Bondowoso pada Sabtu (5/8/2023) sore harinya.
Konsolidasi ini dihadiri kader Partai Gelora dari tapal kuda atau pantura Jawa Timur, antara lain dari Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso, Jember dan lain-lain.
Dalam orasinya, Fahri Hamzah menjelaskan berdirinya Partai Gelora didasari oleh narasi dan idealisme, bukan berorientasi pada uang, serta dalam kancah politik membawa gagasan rekonsiliasi.
“Alhamdulillah gagasan ini oleh Pak Jokowi (Joko Widodo). Akhirnya kubu Pak Jokowi dan kubu Pak Prabowo (Prabowo Subianto) terjadi rekonsiliasi,” ungkap Fahri.
Partai Gelora, lanjut Fahri, terus memberikan masukan yang konsisten kepada Jokowi dan Prabowo untuk untuk melanjutkan terus melanjutkan rekonsiliasi ini.
Ia berharap masyarakat Indonesia bisa bersatu menjadi superpower baru dunia. Partai Gelora menginginkan agar Prabowo Subianto menjadi tokoh pemersatu di Pemilu 2024.
“Saya berharap dalam pesta demokrasi nanti, rakyat tidak berpecah belah dan berselisih seperti pada Pilpres 2019. Insyaallah Partai Gelora akan mencalonkan Pak Prabowo sebagai calon presiden,” pungkas Fahri.