Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia telah menjadi identitas bangsa sejak diproklamasikan pada tahun 1945. Kelima sila Pancasila mencerminkan pandangan hidup, karakter, dan jati diri seluruh rakyat Indonesia yang bhineka tunggal ika. Dalam menerapkan Pancasila penting bagi masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bagi manusia untuk hidup dalam aturan negara. Namun, dalam penerapannya tentu ada tantangan dalam menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia serta menerapkan Profil Pelajar Pancasila dalam pendidikan abad ke-21 dapat menjadi kompleks. Diantara tantangan yang dalam penerapan pancasila dapat dilihat dari beberapa hal.
Pertama, Multikulturalisme Indonesia yang kaya akan keragaman budaya, agama, dan suku. Multikulturalisme adalah penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural dalam kehidupan masyarakat.1 Dari keragaman tersebut terdapat tantangan yaitu masalah mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila yang bersifat inklusif, menjunjung tinggi keragaman tersebut tanpa merendahkan satu kelompok atas yang lain. Perlu adanya penyadaran yang secara berulang dan terus-menerus agar setiap anggota masyarakat saling menghormati dan saling menghargai perbedaan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, multikulturalisme yang terjadi di Indonesia hendaknya dipandang sebagai bentuk keunikan dan keistimewaan yang patut dirawat harmonisasinya dalam bermasyarakat.
Kedua, Pengaruh teknologi dan globalisasi juga bisa menimbulkan tantangan dalam menjaga keaslian nilai-nilai lokal dan nasional di tengah arus budaya global yang mengalir begitu cepat.2 Artinya, pengaruh dari luar yang tidak diimbangi dengan semangat menjaga nilai karakter bangsa maka akan tergerus hilang nilai kelokalan Indonesia. Maka Pancasila yang berisikan entitas dan identitas bangsa perlu diwujudkan secara nyata dalam keseharian masyarakat. Hal ini menjadi penting untuk menjadi pegangan dan pemfilter saat adanya pengaruh negatif dari pengaruh teknologi dan globalisasi.
Ketiga, Kurikulum dan metode pengajaran di abad ke-21 menuntut kurikulum yang relevan dengan perkembangan zaman. Menyisipkan nilai-nilai Pancasila secara menyeluruh dan memadukan metode pembelajaran yang mengaitkan nilai-nilai tersebut dengan kehidupan sehari-hari bisa menjadi tantangan tersendiri. Kurikulum dapat diubah dan dibentuk, dirancang sesuai dengan perkembangan zaman, sains dan teknologi.3 Tantangan ini memang bernilai positif, namun jika tidak diatur pola dan strategi penerapannya maka akan terlalu padat dan susah untuk diimplementasikan. Oleh karena itu, penyusunan kurikulum dan penerpan metode perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan juga keinginan dan kebutuhan peserta didik dalam belajarnya.
Keempat, Penyadaran dan keterlibatan masyarakat perlu untuk dilakukan agar penghayatan Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia membutuhkan dukungan dari masyarakat secara menyeluruh. Tantangan ini mencakup bagaimana menggerakkan masyarakat untuk turut serta dalam memperkuat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Hal ini sejalan juga pada saat di lembaga pendidikan, maka guru dan tenaga pendidik memegang peran kunci dalam memperkenalkan dan mendidik nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda. Tantangan yang ada tersebut dikenali dan dipahamkan kepada masyarakat (peserta didik) agar berkomitmen untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dari empat tantangan yang ada maka perlu juga merumuskan agar penghayatan Pancasila dalam identitas bangsa Indonesia dapat direalisasikan oleh semua pihak, termasuk pemerintah, institusi pendidikan, masyarakat, dan stakeholder terkait lainnya. Dan implementasi Pancasila dapat dilakukan di ekosistem sekolah (kelas) diantaranya sebagai berikut :
Pertama, Integrasi nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum yaitu dengan menyisipkan nilai-nilai Pancasila secara eksplisit dalam setiap mata pelajaran untuk mengintegrasikan pemahaman tentang Pancasila dalam setiap aspek pembelajaran. pengintegrasian nilai-nilai Pancasila di dalam setiap mata pelajaran, bisa dilakukan melalui proses pembelajaran secara langsung atau tidak langsung.4 Seperti mekakukan 5 tahapan yaitu :
- Memodelkan nilai dan peraturan sekolah berbasis Pancasila
- Menerapkan metode pembelajaran aktif yang mengembangkan keterampilan abad 21 dan berpikir kritis
- Menciptakan ekosistem sekolah yang demokratis dan menghargai kebhinekaan
- Pembiasaan untuk bergotong royong dan menjunjung hak asasi manusia
- Evaluasi yang mengukur dimensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap/nilai
Kedua, Pembentukan lingkungan sekolah yang kondusif yaitu dengan membangun budaya sekolah yang mendorong toleransi, kerja sama, dan sikap saling menghargai, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal yang dapat dilakukan berupa pelatihan kepada staf sekolah agar mereka dapat menjadi contoh dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam interaksi sehari-hari.
Ketiga, Penerapan Profil Pelajar Pancasila, yang berisikan poin-poin utama diantaranya:
- Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa dan berakhlak mulia
- Kebhinekaan global yaitu dengan menghargai teman yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda atau daerah yang berbeda.
- Bergotong royong, misalnya guru dan peserta didik melaksanakan pembelajaran dengan metode diskusi dan kerja kelompok untuk melatih kerja sama dan semangat gotong royong peserta didik, seperti kegiatan bersih lingkungan sekolah bersama-sama.
- Mandiri yaitu peserta didik melatih kemandiriannya di rumah dengan mengerjakan PR dan juga memberikan wadah untuk mengasah kemandirian peserta didik melaluiekstrakurikuler atau organisasi.
- Bernalar Kritis dan Kreatif contohnya guru memberikan suatu persoalan kepada peserta didik sehingga peserta didik bisa dengan kreatif menyelesaikan persoalan tersebut.
Keempat, Partisipasi aktif peserta didik dengan mengadakan kegiatan partisipatif yang mendorong peserta didik untuk berdiskusi, berdebat, dan menyampaikan ide-ide mereka terkait nilai-nilai Pancasila dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat memberikan penghargaan kepada peserta didik yang berhasil menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan nyata di sekolah atau lingkungan sekitar.
Kelima, Kolaborasi dengan orang tua dan masyarakat dengan melibatkan orang tua dalam mendukung pembelajaran nilai-nilai Pancasila di rumah dan di sekolah.5 Dapat juga melibatkan komunitas sekitar dalam kegiatan yang memperkuat pemahaman dan penghayatan Pancasila. Kolaborasi pihak sekolah dan orang tua menjadi perhatian penting untuk memastikan peserta didik melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan terjadwal. Hal ini akan membantu guru untuk membiasakan peserta didik agar memiliki prilaku yang sejalan dengan profil pelajar pancasila.
Referensi
- Fahruroji and Marwan Setiawan, Masyarakat Madani, Pluralisme Dan Multikulturalisme (Yogyakarta: Zahir Publishing, 2020).
- Nishfa Syahira Azima, Yayang Furi Furnamasari, and Dinie Anggraeni Dewi, “Pengaruh Masuknya Budaya Asing Terhadap Nasionalisme Bangsa Indonesia Di Era Globalisasi,” Jurnal Pendidikan Tambusai 5, no. 3 (2021): 7491–96, https://doi.org/10.31004/jptam.v5i3.2186.
- Sadam Fajar Shodiq, Pengembangan Kurikulum (Bantul: Azyan Mitra Media, 2023).
- Tusidi Karyono, Olah Pikir Menuju Guru Pembina Utama (Yogyakarta: Pustaka Referensi, 2022)
- Ajib Setiyo, “Penerapan Pembelajaran Diferensiasi Kolaboratif Dengan Melibatkan Orang Tua Dan Masyarakat Untuk Mewujudkan Student’s Well-Being Di Masa Pandemi,” Bioma: Jurnal Ilmiah Biologi 11, no. 1 (2022): 61–78, https://doi.org/10.26877/bioma.v11i1.9797.
*Kontributor : 1) Nurul Hidayati dan 2) Rina Anggraeni (Mahasiswa PPG Prajabatan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA)